السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Rabu, 06 Maret 2024

Perbedaan "Ikhtibar" dan "Imtihan"

Halimi Zuhdy

Seringkali siswa/mahasiswa tidak bisa membedakan antara dua istilah dalam evaluasi, tes, dan ujian, dan antara ikhtibar dan imtihan, belum lagi istilah munaqasyah. Keduanya, seringkali dianggap sama. Sedangkan setiap kata yang dianggap sinonim pun, pasti memiliki hal berbeda, walau terkadang ukurannya berbeda. Apalagi istilah ikhtibar dan imtihan. 
Kata Imtihan, kalau di Madura dan beberapa daerah lainnya, biasanya digunakan pada acara terakhir sekolah/madrasa dalam kegiatan akhirus sanah. Dilakukan setelah ujian akbar, dan rapotan. Maka, dinamakan Haflah Imtihan, bukan Haflah Ikhtibar. Tapi, kadang juga ada yang keliru dengan menyebut "Imtihanan", sedangkan ujiannya sudah selesai. 

Terus, apa perbedaan Ikhtibar dan Imtihan?. 
"Ikhtibar" (اختبار) adalah alat ukur yang digunakan untuk menguji kemampuan atau pengetahuan seseorang terhadap suatu materi atau keterampilan tertentu. Ikhtibar dapat dilakukan di dalam atau di luar institusi pendidikan, seperti tes mengemudi. (Dalam Al-Maudhu').

Sedangkan "Imtihan" (امتحان) adalah penilaian yang dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa/mahasiswa terhadap tujuan pembelajaran dalam suatu mata pelajaran. Imtihan umumnya dilakukan di dalam institusi pendidikan dan bersifat lebih formal dibandingkan ikhtibar. (dalam Al-Maudhu'). 

Penggunaan dalam bahasa Indonesia, seringkali tertukar dan bahkan dianggap sama. Karena dalam beberapa kamus, antara iktibar dan imtihan diartikan sama, ujian. 

Kata "Ikhtibar" dari kata khibrah (pengalaman), juga dari kata khabar (informasi), dan sudah menjadi bahasa Indonesia, yaitu kabar, seperti kata Surat Kabar. Surat yang memberikan informasi. Ikhtibar ini juga; bermakna pengujian (tajribah), keahlian, peraktik, pengalaman dan lainnya. Sedangkan "Imtihan" itu juga derivasi dari mihnah (ujian, cobaan, bencana, musibah) dan lainnya. 

Terus, perbedaan dalam tujuannya?, kalau "Ikhtibar" bertujuan untuk mengukur kemampuan atau pengetahuan seseorang secara spesifik pada suatu materi atau keterampilan tertentu. Sedangkan "Imtihan" bertujuan untuk menilai tingkat penguasaan siswa terhadap semua materi dalam suatu mata pelajaran.

Hanya sekedar contoh dari Ikhtibar, seperti ikhtibar IQ, ikhtibar mengemudi, ikhtibar tertulis untuk satu bab dalam buku pelajaran, dan contoh Imtihan, adalah ujian akhir semester, ujian nasional.

Ikhtibar, bisa bersifat formal dan juga atau informal, tergantung pada konteksnya. Sedangkan Imtihan umumnya bersifat formal dan memiliki struktur yang baku. Dalam cakupan materi, Ikhtibar meliputi satu materi atau konsep tertentu. Sedangkan Imtihan meliputi beberapa materi atau konsep dalam suatu mata pelajaran.

Keduanya, memiliki makna serupa tapi terdapat beberapa perbedaan penting di antara keduanya. Ikhtibar lebih bersifat informal dan fokus pada pengukuran kemampuan specific, sedangkan imtihan lebih bersifat formal dan fokus pada penilaian tingkat penguasaan materi secara keseluruhan.

Semoga penjelasan singkat di atas dapat menambah wawasan furuq lughawiyah. 

***
Ikhtibar tertutup desertasi, bukan Imtihan tertutup, bersama Prof. Dr. Sulaiman Hasan Al-libi Sulaiman Hasan

@sorotan @pengikut

Kamis, 29 Februari 2024

Perbedaan Kata Nikah, Kawin dan Zawaj

Halimi Zuhdy

Ada pertanyaan perbedaan nikah, zawaj, dan kawin?. Secara umum, ketiganya tidak ada perbedaan yang signifikan yaitu bermakna “pernikahan”. Tetapi, ketika ditilik lebih jauh, secara bahasa memiliki perbedaan.

Nikah berasal dari bahasa Arab "an-nikah/النكاح" yang berarti "berkumpul/al-dhammu" dan "berkumpul/berhubungan/al-Jam’u". Zawaj, juga berasal dari bahasa Arab "al-iqtiran/الاقتران" yang berarti "pasangan" atau "jodoh". Sedangkan kawin berasal dari bahasa Indonesia, yang diambil dari bahasa jawa, dari kata “awin”, yang artinya memboyong atau membawa, dan kemudian diartikan “berkeluarga’ dan juga bermakna “bersetubuh”.
Menariknya, kata kawin dan nikah, secara bahasa, juga memiliki asal kata yang mirip, yaitu bersetubuh, berhubungan, dan bertemu. Dan arti zawaj, juga pada awalnya adalah an-nikah, yang juga diartikan berhubungan. Tetapi, penggunaan tersebut, bila merujuk pada istilah-nya menjadi berbeda. Nikah, adalah akad yang menghalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan untuk bersetubuh. Atau pernikahan yang sah secara agama dengan memenuhi syarat dan rukun pernikahan.

Sedangkan kawin, adalah persetubuhan antara laki-laki dan perempuan, belum tentu sah secara hukum dan agama. Tapi, bila merujuk kepada istilah hukum adalah berhubungan badan antara laki-laki dan perempuan, yang dilalui dengan akad nikah. Atau kawin lebih kepada pernikahan antar lawan jenis (laki-lai dan Perempuan), atau membentuk keluarga, menjadi suami istri.

هُوَ لُغَةً الضَّمُّ وَالْوَطْءُ وَشَرْعًا عَقْدٌ يَتَضَمَّنُ إبَاحَةَ وَطْءٍ بِلَفْظِ إنْكَاحٍ أَوْ نَحْوِهِ

Nikah secara bahasa bermakna ‘berkumpul’ atau ‘bersetubuh’, dan secara syara’ bermakna akad yang menyimpan makna diperbolehkannya bersetubuh dengan menggunakan lafadz nikah atau sejenisnya.

Secara umum dengan berbagai pemahaman, nikah lebih fokus pada aspek akad dan keabsahan pernikahan, dan zawaj lebih fokus pada aspek pasangan dan kehidupan pernikahan. Kawin, lebih fokus pada aspek biologis dan hubungan badan, walau kawin itu juga bermakna berkeluarga.

Perbedaan lain, nikah dan zawaj memiliki makna yang lebih luas dan kompleks dibandingkan kawin. Nikah dan zawaj mengacu pada pernikahan yang sah secara hukum dan agama, sedangkan kawin tidak selalu demikian. Perbedaan di atas dapat bervariasi tergantung pada konteks dan sumbernya. Sebaiknya merujuk pada sumber terpercaya untuk mendapatkan penjelasan yang lebih lengkap dan akurat.

****
Kalau tema ini di Youtube Lil Jamik 👇📚

Rabu, 21 Februari 2024

Jangan Menyisakan Butir-butir Nasi di Piring

Halimi Zuhdy

Masa kecil dulu, orang tua selalu memberi nasehat dan kadang marah, kalau melihat sisa butir nasi di piring, "Itu nanti dimakan setan, Nak," kata beliau, "dan yang terakhir itu yang berkah." 

Marah, tanda ada penekanan, bahwa hal itu harus diperhatikan. Karena ketika itu, di piring selalu ada beberapa butir nasi yang tersisa, mungkin tidak banyak, hanya sekitar 10 butir. Tapi, beliau menyuruh untuk menghabiskan. Nasihat ini bukan sekadar menakut-nakuti, tapi juga ajaran Islam yang menekankan pentingnya menghargai nikmat dan menghindari pemborosan.
Dulu, al-Faqir tidak begitu mengerti makna di balik nasihat itu. Hanya saja mengikuti aturan dan berusaha menghabiskan makanan di piring. Ibu pun selalu menyimpan sisa makanan dan menghangatkannya kembali untuk dimakan di lain waktu. "Sayang sekali kalau dibuang," kata beliau. "Mubazir." "Nanti butir-butir menangis". 

Seiring waktu, penulis mulai memahami makna di balik nasihat orang tua. Melihat bagaimana banyak orang di luar sana yang kelaparan dan mendambakan sesuap nasi. "Apakah kita tidak merasa bersalah setiap kali menyisakan makanan!!". Kadang, al-faqir melihat sendiri beberapa anak muda (mungkin juga orang tua), "gak usah dihabiskan, kayak rakus saja!". Waduh, bahasa ini kelihatan yes, tapi tidak benar. Dan tidak sedikit orang yang ketika ada acara/hajatan di piringnya masih tersisa butir-butir makanan, dan enggan menghabiskannya. 

Islam melarang keras menyisakan makanan karena termasuk tindakan mubazir. Allah SWT berfirman dalam Al-Isra ayat 27: "Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya."

Menyisakan makanan bukan hanya membuang-buang rezeki, tetapi juga menunjukkan sikap tidak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Terkadang, kita harus melihat di luar sana banyak orang yang kelaparan dan mendambakan sesuap nasi.

Dulu al-faqir pernah di asrama, ad sekitar 2000 orang. misal, setiap hari mereka menyisakan 3 butir nasi saja, kita bisa bayangkan berapa ton setiap bulannya yang dibuang, jadi sampah, busuk. Gal tersebut, merupakan contoh nyata bagaimana pemborosan dapat terjadi secara kolektif. Bayangkan berapa banyak makanan yang terbuang sia-sia setiap hari, sementara banyak orang di luar sana yang membutuhkan.

Betapa, kita tanamkan kesadaran untuk tidak menyisakan makanan. Sisa makanan adalah berkah, dan berkah itu terletak pada rasa syukur dan kepedulian kita terhadap sesama.

Beberapa Hadits tentang larangan menyisakan makanan, di antaranya: 

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ««إذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلا يَمْسَحْ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا، أَوْ يُلْعِقَهَا»
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan kepada orang yang telah selesai makan agar tidak mengusap tangannya atau membasuhnya hingga ia menjilatinya atau menjilatkannya (ke orang lain). Dalam beberapa riwayat disebutkan illat (penyebab) tindakan ini, yaitu karena dia tidak tahu di bagian makanan manakah terdapat keberkahan. Karena itu, Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan untuk menjilati jari-jari, siapa tahu keberkahan ada pada makanan yang menempel di jari-jarinya.

Dalam kitab Shahih Muslim Hadis riwayat Imam Muslim :

وحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ الْعَبْدِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَكَلَ طَعَامًا لَعِقَ أَصَابِعَهُ الثَّلَاثَ قَالَ وَقَالَ إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الْأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا وَلَا يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ الْقَصْعَةَ قَالَ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُونَ فِي أَيِّ طَعَامِكُمْ الْبَرَكَةُ

Dari Anas (w.93 H) bahwa Nabi ﷺ apabila selesai makan, beliau menjilati ke tiga jari tangannya. Anas berkata; Beliau bersabda, ” Apabila suapan makanan salah seorang diantara kalian jatuh, ambillah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan dibiarkannya dimakan setan.”Dan beliau menyuruh kami untuk menjilati piring. Beliau bersabda, ‘Karena kalian tidak tahu makanan mana yang membawa berkah.” (HR. Muslim)

عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كِيلُوا طَعَامَكُمْ يُبَارَكْ لَكُمْ

Dari Nabi ﷺ bersabda, ” Timbanglah makanan kalian niscaya kalian akan dapat berkah”. (HR. Bukhari)

Semoga kita semua dapat menjadi hamba-hamba yang bersyukur dan tidak menyia-nyiakan nikmat Allah SWT.

***
Video di atas, sebagai inspirasi betapa menyisakan makanan itu sebuah pemborosan yang luar biasa.

Kamis, 15 Februari 2024

Sastra Perlawanan (muqawamah) Palestina, Siapakah Penerus Ghassan kini?

Halimi Zuhdy 

Rafah pertahanan terakhir rakyat Gaza. Darah mulai membuncah, membasahi tanah Rafah, merenggut nyawa tak berdosa. Di tengah tragedi kemanusiaan ini, ada pertanyaan di mana suara sastrawan perlawanan Palestina, setelah Al-Syahid Ghassan Kanafi, Mahmoud Darwis dan lainnya. 
Memang Gaza hari ini tak butuh kata-kata, tapi perlu makanan, obat-obatan, keamanan, dan bahkan butuh kemerdekaan. Tapi, bukankah kata-kata adalah ruh dari kebangkitan?. 

Dahulu, sastrawan seperti Mahmoud Darwish dan Ghassan Kanafani menjadi penjaga api perlawanan. Puisi dan prosa mereka membangkitkan semangat rakyat Palestina, menggemakan kisah penderitaan dan perlawanan mereka. Darwish, dengan puisinya yang penuh metafora dan simbolisme, melukiskan keindahan tanah air yang hilang dan rasa rindu yang mendalam. Kanafani, dengan novelnya yang sarat kritik sosial dan politik, mengobarkan api perlawanan terhadap penjajahan Israel.

Namun, kini mereka telah tiada. Generasi baru sastrawan Palestina tampak bangkit untuk mengisi kekosongan ini. Suara mereka mulai menggema, meneruskan tradisi perlawanan dalam bentuk karya sastra yang menyentuh hati dan membangkitkan kesadaran.

Beberapa nama mulai muncul di kancah sastra Palestina kontemporer. Suheir Hammad, seorang penyair perempuan, mengangkat suara perempuan Palestina dalam puisinya yang berani dan penuh semangat. Ada juga Mohammed El-Kurd, seorang penyair muda dari Gaza, menggunakan media sosial untuk menyebarkan puisinya yang menggambarkan realitas pahit kehidupan di bawah blokade Israel. 

Ada deretan lainnya, seperti Rana Anani, seorang penulis novel, mengeksplorasi tema-tema seperti identitas, trauma, dan harapan dalam karyanya.

Meskipun masih muda dan belum mencapai ketenaran seperti Darwish dan Kanafani, para sastrawan ini menunjukkan potensi besar. Mereka memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan tradisi sastra perlawanan Palestina, menyuarakan kisah rakyat mereka, dan menginspirasi generasi baru untuk terus berjuang.

Namun, tantangan yang mereka hadapi tidaklah mudah. Di bawah penjajahan Israel, akses terhadap pendidikan dan sumber daya terbatas. Kebebasan berekspresi juga dikekang. Para sastrawan Palestina sering kali harus berhadapan dengan sensor, intimidasi, bahkan penangkapan.

Meskipun demikian, semangat perlawanan tetap hidup dalam jiwa para sastrawan Palestina. Mereka terus berkarya, menuangkan rasa sakit dan harapan mereka ke dalam puisi, prosa, dan berbagai bentuk seni lainnya. Suara mereka adalah suara rakyat Palestina, suara yang tidak akan pernah dibungkam.

Di Mana Kita Menemukan Para Sastrawan Baru?

***
Suara mereka adalah suara kemanusiaan, suara yang harus didengar oleh seluruh dunia.

****
Insyallah sekilas, akan kita sampaikan diacara Webinar HISKI, besok.

Sabtu, 03 Februari 2024

Bis Mogok Menuju Solo, Ada Apa?

Halimi Zuhdy

Pukul 01.00 dini hari, ada pesan masuk di HP, "Bis Mogok Abi!". Kata istri, yang ikut rombongan wisata Isra' Mi'raj ke Solo. Saya menyebut  wisata Isra', karena rombongan Muslimat As-Sakinah BCT Sukun Malang mengunjungi beberapa masjid di Solo dan ada agenda sowan serta mendengarkan ceramah dari salah satu Kyai di Solo tentang peristiwa Isra' Mikraj Nabi. Acara ini keren, tidak hanya berkunjung untuk wisata religi, tetapi untuk menambah ilmu pengetahuan. 
Ketika pesan itu masuk, saya langsung berfikir, mereka lagi dilatih oleh Allah dalam perjalanan menuju beberapa masjid itu. Bis mogok, penumpang panik, sopir dan kernetnya panik. Mogoknya di tol, dengan kendara yang wira-wiri, kondisi gelap gulita, tidak banyak cukup air. Untuk wudhu pun tidak ada, karena hanya cukup untuk minum, mereka harus tayammum. Belum lagi keadaaan shalat subuhnya. Walau ini, tidak benar-benar menegangkan, tapi memberi pelajaran dan hikmah luar biasa. Mogoknya tidak hanya satu dua jam, tapi hampir 6-7 jam. Wow. Dan akhirnya berganti bis. 

Bagaimana dengan peristiwa Isra'nya Nabi Muhammad SAW, pasti sulit dibayangkan, walau ia benar-benar nyata. Bagaimana peristiwa sebelum Nabi Isra', kesedihan yang luar biasa, pamannya dan Istrinya yang wafat, keduanya termasuk penyokong bagaimana dakwah Nabi terus bergerak, belum lagi hinaan dan cacian kaum musyrik. 

Di dalam bis yang mogok, terdapat kisah tentang ketabahan dan kesabaran. Penumpang belajar bagaimana melakukan ibadah dalam kondisi sulit, dengan tayammum dan shalat di dalam bis yang sedang terhenti. Meskipun awalnya sulit diterima, mereka mulai merasakan keindahan dalam setiap detik yang dihadirkan takdir.

Pemilik bis, yang awalnya stress dan panik, kemudian sadar bahwa ini adalah kesempatan untuk mengevaluasi kondisi armadanya. Keselamatan penumpang menjadi prioritas utama, dan dari kesulitan ini, dia belajar untuk lebih memperhatikan dan merawat bisnya dengan teliti.

Sambil menunggu bantuan datang, penumpang dan pemilik bis bersama-sama merenungi kebesaran Allah. "Untung saja mogok," kata seorang penumpang dengan senyuman. Mereka menyadari bahwa setiap detik yang terhenti adalah kesempatan untuk bersyukur dan menghormati rencana Allah yang tak terduga.

Seiring berjalannya waktu, bis akhirnya diperbaiki, dan perjalanan dilanjutkan. Namun, pelajaran tentang tawakkal, kesabaran, dan bersyukur tetap tertanam dalam hati mereka. 

Di balik sebuah peristiwa, selalu terselip hikmah yang bisa dipetik. Seperti halnya saat bis yang kita tumpangi mogok di tengah perjalanan. Kejadian ini memang menyebalkan dan bisa mengacaukan rencana. Namun, di balik kekesalan dan kekecewaan, ada beberapa hikmah yang bisa kita pelajari:

1. Rencana Allah Lebih Indah
Ketika bis mogok, mungkin beberapa program terlambat atau bahkan tidak bisa dilakukan. Namun, yakinlah bahwa Allah punya rencana yang lebih indah bagi kita. Mungkin saja, jika bis tidak mogok, kita akan terjebak dalam situasi yang lebih berbahaya.

2. Belajar Beribadah dalam Kondisi Terbatas

Saat bis mogok, mungkin kita tidak memiliki akses ke air untuk berwudhu. Dalam situasi ini, kita bisa belajar bagaimana melakukan tayammum dan shalat di dalam bis. Ini merupakan pengalaman berharga yang mungkin tidak akan kita dapatkan jika bis tidak mogok.

3. Melatih Kesabaran
Mogoknya bis tentu saja membuat kita kesal dan frustrasi. Namun, situasi ini juga bisa menjadi ajang untuk melatih kesabaran. Dengan tetap tersenyum dan bersabar, kita menunjukkan ketaatan dan kepercayaan kepada Allah.

4. Menikmati Kenyataan
Memang sulit untuk menerima kenyataan bahwa bis mogok. Namun, jika kita coba untuk menikmatinya, maka kita akan menemukan keindahan di balik situasi ini. Kita bisa melihat kebaikan hati orang lain yang membantu, merasakan kebersamaan dengan penumpang lain, dan belajar untuk lebih menghargai waktu.

5. Evaluasi dan Perbaikan
Mogoknya bis bisa menjadi pengingat bagi pemilik bis untuk selalu memperhatikan kondisi bisnya dan memastikan keselamatan penumpangnya. Kejadian ini juga bisa menjadi kesempatan untuk melakukan evaluasi dan perbaikan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

6. Keindahan Takdir Allah
Sebagai orang beriman, kita yakin bahwa semua yang terjadi adalah takdir Allah. Keindahan takdir Allah terletak pada ketidakpastiannya. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan, dan itulah yang membuat hidup menjadi menarik.

Semoga perjalanan kita selalu indah, berkah, dan selamat sampai tujuan. Jangan lupa untuk selalu berdoa memohon perlindungan dan kelancaran kepada Allah SWT.

Salam cinta dan rindu dari Malang, menikmati risalah Isra' Mi'raj.
Halimi Zuhdy

Rabu, 31 Januari 2024

Kenali Pikiran Kita!

Halimi Zuhdy

Dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita berkumpul dengan teman, kolega, saudara, tetangga dan lainnya, selalu saja ada yang kita diskusikan, kita bincangkan dan kita rumpikan. Tapi, apa yang kita bincangkan? Lah, disinilah kita bisa mengukur diri dan mengaca diri, kita masuk tingkat yang mana dari tiga tingkat pemikiran di bawah ini. 

Tiga tingkat pemikiran; tingkat tertinggi, membicarakan ide-ide. Tingkat menengah, membicarakan peristiwa. Tingkat terendah (kecil), membicarakan orang lain (fokus gosip). (Nizar Q)
Dari tiga tingkat di atas, mungkin bisa disederhanakan untuk tingkat pertama; pemilik pikiran ini fokus pada diskusi tentang konsep, teori, dan ide mendalam yang memperkaya pemikiran dan memperluas wawasan manusia. Berfokus pada analisis informasi dan pemahamannya secara mendalam, dan berbagi idenya dengan cara yang kreatif dan inspiratif. Berusaha untuk perubahan positif dalam masyarakat dengan mengajukan solusi inovatif untuk masalah.

Tingkat kedua; Berbicara tentang peristiwa: Pikiran ini fokus pada peristiwa terkini dan diskusi tentang detail dan dampaknya. Berbagi berita dan informasinya dengan orang lain, dan menganalisis peristiwa dari sudut pandangnya sendiri. Berkontribusi dalam menyebarkan kesadaran dan pengetahuan tentang berbagai isu.

Tingkat ketiga; Berbicara tentang orang lain: Pikiran ini fokus pada gosip dan berbicara tentang kehidupan orang lain secara negatif. Berbagi berita pribadi dan rumor tentang mereka, dan membuat penilaian tanpa pengetahuan yang cukup.Berkontribusi dalam menyebarkan negativity dan menyebabkan kerusakan pada orang lain.

Lah, kalau kita ngerumpi capres, caleg, tetangga, golega dan fokus pada pribadinya  (tubuhnya, pakaiannya), terus kita masuk tingkat yang mana?🤩

Kamis, 18 Januari 2024

Wajah Seti I, Firaun Mesir Kuno

Halimi Zuhdy

Saya dapat foto Seti I dari Abdul Hakim Al-Qudsi di WAG Muntada Al-Quds al-Syarif. Dulu, tak ada kamera, vedio, dan sejenisnya untuk mendokumentasikan seseorang, apalagi seorang raja, maka di antaranya dengan dibuatkan patung, dan lebih keren lagi, dimumikan. Seti I ini adalah adalah firaun Mesir Kuno, putra Ramses I dan Ratu Sitre, dan ayah dari Ramses II. Tanggal kekuasaannya yang sebenarnya belum jelas, dan berbagai sejarawan mengklaim tanggal yang berbeda, dengan 1294 hingga 1279 SM yang paling umum digunakan ahli saat in
Kembali ke foto di atas, wajah Seti I adalah salah satu yang paling terpelihara sepanjang sejarah Mesir kuno. Dia meninggal 3.298 tahun yang lalu dan memerintah ketika Mesir berada pada salah satu puncak paling makmur. Ia adalah ayah dari salah satu raja paling terkenal sepanjang masa, Ramses II. Raja terhebat yang pernah ada. Ketika dia meninggal, mumifikasi Mesir berada pada puncak kesempurnaan. 

Mumi Seti I ditemukan pada tahun 1881 di Makam Raja-raja di Lembah Para Raja, dan telah menjadi objek penelitian dan kekaguman para arkeolog dan sejarawan sejak saat itu. Seti I memerintah Mesir selama 11 tahun, dari 1290 hingga 1279 SM. Seti I adalah seorang pemimpin yang kuat dan cakap, dan ia memperluas wilayah Mesir dan memulihkan kekuatannya setelah periode penurunan.

Wajah Seti I memiliki fitur yang khas dan tampan. Ia memiliki hidung yang mancung, dagu yang kuat, dan mata yang tajam. Kulitnya berwarna cokelat kemerahan, dan rambutnya hitam dan keriting.

Ini mudah-mudahan bener, karena saya tidak menyentuh muminya, kondisi mumi Seti I sangat baik. Dagingnya masih utuh, dan kulitnya masih elastis. Rambut dan kukunya juga masih ada. Hal ini disebabkan oleh teknik mumifikasi Mesir kuno yang sangat maju. Lah, ini teknologi keren yang digunakan. 
Para arkeolog percaya bahwa mumifikasi Seti I dilakukan dengan menggunakan campuran resin, minyak, dan zat-zat lainnya. Campuran ini mencegah bakteri dan jamur berkembang, sehingga mencegah pembusukan.

Wajah Seti I adalah bukti keajaiban mumifikasi Mesir kuno. Mumi ini telah bertahan selama ribuan tahun, dan masih terlihat seperti saat pertama kali dimumifikasi. 

Selengkapnya dapat dibaca di Rihlati Ila Wadi al-Muluk

#MerekamSejarahDalamWajahDuniaKini
#SetiapManusiaAkanMeninggal #MakaIngatlahMati

Jumat, 12 Januari 2024

Sok Banget!

Halimi Zuhdy

Ada orang yang paling merasa berjasa, paling berharga dan merasa paling istimewa, kemudian dia sok/sombong. 
Dan ia lupa, bahwa setiap makhluk yang Allah ciptakan dan Allah hadirkan ke muka bumi adalah istimewa. Ada yang menjadi pejabat, kemudian sok. Bukankah ia menjadi pejabat karena ada bawahannya?. Ada yang menjadi bos, kemudian sok. Bukankah ia bisa dikatakan bos, karena ada orang-orang yang mau diperintah?. Ada yang kaya, kemudian memamerkan kekayaannya dan melihat orang miskin atau orang di bawahnya dengan mata sebelah, bukankah ia disebut kaya karena ada yang miskin?.

Atau ada pula yang sok dengan kecerdasannya, kepintarannya, dan keahliannya. Kemudian orang lain dianggap bodoh, dan tidak mau belajar, bahkan sok-nya dipamerkan kemana-mana!. Ia lupa, bahwa dianggap pinter, karena ada orang yang tidak lebih pinter darinya?!. 

Maka, di hadapan Allah, tidak penting menjadi apa pun, yang penting adalah bagaimana ia berbuat baik, bertakwa dan menghamba pada-Nya. Apakah ia jadi tukang dengan pangkat paling rendah, apakah ia jadi pegawai paling rendah kedudukannya di kantor atau perusahaan, atau jadi apa pun, tapi dia mengabdi pada Allah dan pekerjaan baik dalam urusannya, maka ia adalah istimewa. 

Dalam hal ini, Allah memberikan contoh yang menarik, terkait dengan makhluk yang mungkin tidak pernah diindahkan kehadirannya, dianggap menjijikkan, tapi terkadang membuat heboh manusia di seluruh dunia. Apa?. Nyamuk. 

Dalam Al-Qur'an, bagaimana Allah memberikan perumpamaan nyamuk. Betapa istimewanya nyamuk, sehingga di dahului kata "ma". 

إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَسۡتَحۡیِۦۤ أَن یَضۡرِبَ مَثَلࣰا مَّا بَعُوضَةࣰ فَمَا فَوۡقَهَاۚ

"Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. ..."

kehadiran nyamuk, hadir pula pengusaha obat anti nyamuk dengan berbagai merek dan produknya, hadir cara-cara untuk menghilangkan camuk, belum dokter yang menangani nyamuk, belum lagi para peneliti nyamuk, berapa milyar yang dihabiskan untuk meneliti nyamuk. Lah, ini baru nyamuk. Belum lagi makhluk-makhluk lainnya yang Allah hadirkan ke muka bumi. 

Sungguh, apa yang kemudian membuat seseorang menjadi bangga dengan pangkat dan jabatannya, sampai-sampai ia berbuat dhalim pada orang lain. Ia kemudian menghina orang lain, seakan-akan ia paling mulia, paling terhormat. Apalagi hanya bangga dengan banyak pengikut baik di dunia nyata atau di dunia maya, kemudian merasa dirinya paling terhormat. Apa kemudian ia membawa dirinya pada sesuatu yang sebenarnya bukan miliknya?

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى 

“Jangan kamu merasa paling suci. Karena Dia-lah yang lebih mengetahui orang yang paling bertakwa,” [An-Najm: 32]

Kamis, 04 Januari 2024

Bahasa Jawa, Bahasa Paling Detail di Dunia?

Halimi Zuhdy

Ada teman dari Jawa, agak sedikit pamer bahasa Jawa, "Tadz, satu-satunya bahasa di dunia yang paling detail itu bahasa Jawa!" Katanya.

"Loh, masak sih!" Saya tanya balik. 
"Ia tadz, tentang beras misalnya, bahasa Inggris "rice", bahasa Arab "ruz", hanya itu saja, berbeda dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa ada beberapa istilah untuk nasi, saat masih di sawah disebut "pari", saat dipanen dan dilepas dari tangkainya disebut "gabah", setelah diselip (dipisahkan isi dari kulitnya) disebut "beras", jika saat diselip ada butiran beras yang tidak terkelupas kulitnya disebut "las". Hasil selipan yang hancur menjadi butiran kecil-kecil disebut "menir". Beras direndam lalu diselipkan jadi tepung disebut "glepung". Apabila beras dimasak untuk dimakan disebut "sego", sebutir nasi saja disebut "upo". Jika nasi dijemur dan kering disebut "karak" (gurusiana. com) katanya. 

"Itu tidak benar lo akhi, kenapa urusan nasi atau beras di Jawa itu detail sekali, karena beras/nasi itu makanan orang Jawa, ini hanya persoalan makanan dan budaya saja. Kalau di Arab, kurma itu sangat kaya sekali, di Jawa kata "kurma" ia kurma saja." Saya sambil tersenyum. 

"Coba jelaskan lebih detail tadz!" Ia mulai penasaran.

"Kata kurma, dari variasinya saja ada 2000, belum namanya, belum lagi dari kurma mentah, kurma masak, kurma kering dan lainnya, itu bisa ratusan macam lo. Di Yordania misalnya ada; Barhi, Bou Maan, Khadrawi, Khalas, Tigris Cahaya, Zuhdi, Sukari, Maktoumi, Zaghloul, Ahmar Talal, Zainab jari, Khastawi, Hayani. Belum tentang unta, kambing, dan lainnya. Urusan tidur saja, dalam bahasa Arab itu sangat kaya lo; pengantar tidur "sinah", awal tidur "nu'as, ngantuk", tidur yang tidak nyenyak/terputus "huju", tidur nyenyak banget "ruqud", tidur di siang hari "qailulah" dan lainnya" saya jawab sedikit saja tentang kekayaan bahasa Arab. 

"Benar juga ya!" Ia terdiam, dan mencari-cari kata-kata lain. "Yes, pasti kalau urusan bau yang lengkap hanya bahasa Jawa tadz", rupanya ia masih belum puas, dan menganggap bahasa Jawa, bahasa terkaya di Dunia. 

"Tadz,  bau istilahnya banyak lo di Jawa ada; tengik, penguk, badheg, amis, arum, apek, sengak, wangi dan lainnya, caba dalam bahasa Arab apa!?, pasti hanya satu!" Katanya dengan bangga. 

"Akhi, bau dalam bahasa Arab itu juga kaya:  
طيب (tayyib) - harum, enak
رائحة (riḥlah) - bau, aroma
نفحة (nafahah) - hembusan angin, aroma
عبق (ʿubq) - aroma yang kuat
كريه (karīh) - busuk, menjijikkan
نتن (naṭn) - busuk, bau busuk
منتن (muntan) - busuk, bau busuk
خبيث (khabīth) - busuk, buruk
مقيت (maḳīṭ) - menjijikkan, menjijikkan

"Itu masih belum seberapa akhi, intinya, setiap bahasa di dunia, memiliki kekayaan sendiri dan kekhasan sendiri, maka jangan menyepelekan bahasa apa pun" sambil saya tersenyum dan menutup perbincangan.

Setiap bahasa di dunia memiliki kekayaannya sendiri. Kekayaan ini dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya adalah kosakata. Kosakata bahasa mencerminkan budaya dan kehidupan masyarakat pengguna bahasa tersebut. Dalam bahasa Indonesia, kita dapat melihat kekayaan kosakata yang berkaitan dengan beras.

Istilah-istilah beras tersebut menunjukkan betapa pentingnya beras dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, bahasa Indonesia memiliki kosakata yang sangat detail untuk menggambarkan beras, mulai dari bentuk, warna, cara memasak, hingga cara penyajiannya.

Berbeda dengan kurma dalam bahasa Arab. 
Istilah-istilah kurma menunjukkan betapa pentingnya kurma dalam kehidupan masyarakat Arab. Kurma merupakan buah yang sangat populer di Arab dan sering dikonsumsi sebagai makanan pokok maupun camilan. Oleh karena itu, bahasa Arab memiliki kosakata yang sangat detail untuk menggambarkan kurma, mulai dari jenis, warna, hingga cara pengolahannya.

Kekayaan kosakata bahasa Indonesia dan bahasa Arab tersebut menunjukkan betapa kayanya budaya dan kehidupan masyarakat pengguna bahasa tersebut. Kekayaan ini merupakan aset yang berharga yang harus dilestarikan. 

Solo, 4 Januari 2024

Rabu, 20 Desember 2023

Ndasmu, Ro'suka, Your Head, Kepalamu

(Sebuah Kajian "Ndas" Sederhana)

Halimi Zuhdy

Satu arti tapi memiliki makna yang berbeda. "Ndasmu" adalah bahasa Jawa, yang beberapa hari ini lagi viral. Kata ini, bukan kata baru, sejak bahasa Jawa lahir (mungkin), kata ini sudah ada. Andai kata "ndas" lahir ketika bahasa Jawa lahir (kuno), maka diperkirakan 13 abad yang lalu sudah lahir. Tapi, pasti tidak se-viral hari ini, mengapa?. Banyak faktor. Apalagi kata ini, diucapkan seorang tokoh publik, dalam kondisi hangat-hangatnya politik, suasa hingar bingar mencari simpati, rating paling moncer, dan diinisiasi dengan kegemoyan. Dan yang paling penting, sehingga kata ndasmu itu viral, adalah tekanan suara. Berbeda, kalau diucapkan dengan kata lembut, "Ndasmu" (berdayu-dayu, sambil senyum). 

Pada judul tulisan ini, "Ndasmu, Ro'suka, Your Head, Kepalamu", walau satu arti (kepalamu), memiliki makna yang berbeda. Kata yang sama, yang diucapkan dalam kondisi berbeda, bisa menghasilkan makna yang berbeda. Apalagi dalam bahasa yang berbeda?!. Bahasa setiap daerah memiliki perbedaan, baik dalam hal struktur, tata bahasa, maupun makna. 
Perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor geografis, sejarah, dan budaya. Seperti kata "kontol" (kemaluan laki-laki, maaf), diucapkan pada anak kecil, ia tidak marah, "Nak kontolmu!", berbeda kalau diucapkan pada orang dewasa apalagi dalam kondisi marah. Maka, bisanya yang keluar hewan-hewan di taman Safari. Dalam bahas Arab, "Dzakar", biasa sekali termaktub dalam banyak kitab, tetapi kalau diucapkan "dzakaruka" pada waktu tertentu, akan menimbulkan hura-hara.wkwwk

Dalam bahasa Indonesia, kata "kepalamu" memiliki arti "bagian tubuh yang berada di atas leher dan di bawah rambut". Kata ini bersifat netral, dan dapat digunakan dalam berbagai konteks. Namun, dalam bahasa Jawa, kata "Ndasmu" dapat memiliki makna yang berbeda. Kata ini dapat digunakan untuk mengungkapkan rasa marah atau kesal. Misalnya, jika seseorang berkata "kepalamu!" kepada orang lain, maka orang tersebut sedang marah atau kesal kepada orang tersebut. 

Perbedaan makna ini disebabkan oleh perbedaan budaya. Dalam budaya Jawa, kepala dianggap sebagai bagian tubuh yang sakral. Oleh karena itu, menyebut kepala orang lain dengan sembarangan dianggap sebagai hal yang tidak sopan. Maka, kepala di Jawa, juga di Madura, dan di beberapa tempat dan beberapa negara, selalu ditutupi. Di Jawa ditutup dengan balngkon, di Madura odeng, dan di Indoensia "songkong", menjadi Songkok Nasional, dengan warna hitam, dan berbentuk lonjong. Mengapa? (Jawabannnya di IG @halimizudhy3011) atau di YT (Lil Kamik). 

Dan contoh seperti "Ndasmu" sangat banyak sekali. Maka, yang menjadi persoalan bukanlah kata-katanya, karena kata itu lahir untuk melengkapi kalimat dan keinginan si pembecara. Maka, tidak ada kata-kata yang lahir, salah alamat. (Baca kajian penulis tentang, asal kata "Jancuk!" di www. halimizuhdy. com. 

Oh ia, ada contoh lagi, dalam bahasa Indonesia, kata "anjing" memiliki arti "hewan peliharaan yang termasuk dalam keluarga Canidae". Namun, dalam bahasa Jawa, kata "asu (anjing)" dapat memiliki makna yang negatif, yaitu "orang yang tidak baik". Dan dalam bahasa Arab, "Kalb", juga tergantung kondisi di mana kata kalb digunakan, bisa dibuat misuh, cacian, makian, atau hanya menyebut hewan saja. 

Bagaimana dengan "Ra'suka" (kepalamu) dalam bahasa Arab, atau dalam bahasa Inggris "Your Head"?. Lah, kata ini baik-baik saja (maknanya) tidak berpengaruh walau diucapkan dalam kondisi marah, wong hanya kepala kok. Ro'suka!!!!! Mungkin, orang Arab hanya ketawa, madza fi ro'si (ada apa dengan kepalaku). 

Nah, ini pentingnya memahami sebuah konteks 🥰🇮🇩🤩 Perbedaan makna kata dalam bahasa daerah dapat menyebabkan kesalahpahaman jika tidak dipahami dengan baik. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari budaya daerah setempat sebelum menggunakan bahasa daerah tersebut. Ok. 

***
Catat, tidak ada hubungannya dengan politik ya.

Dosen Bahasa dan Sastra Arab Fak. Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Jumat, 08 Desember 2023

Sastra Arab Perlawanan



Halimi Zuhdy

Membaca sastra Arab perlawanan, yang terngiang adalah nama Ghassan Kanafani. Ia  seorang sastrawan Arab Palestina yang sangat berpengaruh, dikenal luas sebagai pelopor sastra perlawanan Palestina ( Adab al-Muqawamah). Seperti ada deburan ombak dalam setiap baris puisinya. 

Ketika saya berkunjung ke rumah Prof. Dr. Muhammad Majid Al-Dakhil di Al Hasn, Guru Besar Sastra Arab di Universitas Al Balqa' Yordania (yang berasal dari Palestina), saya disuguhi banyak buku, bukan hanya buah-buah Zaitun yang segara. Saya mendapatkan banyak wawasan tentang "Adab Muqawamah". Beliau banyak meneliti tentang tentang "Muqowamah Falestinia" dan pergumulan sastra perlawanan di Timur Tengah. Dan saya lagi meneliti tentang "Tajalliyat Shira' fi Adab arabi al maashir wa al-harb al-araby",. yaitu tentang pergerakan, peperangan, perlawanan, kekacauan Timur Tengah  dan sastra Arab Modern. Tulisan ini sudah terbit dengan kata kunci Tajalliyata Shira' (bisa dibaca di jurnal). 

Pertemuan yang indah, setelah berkeliling di kebun Zaitun miliknya, ia memaparkan pemikirannya tentang perlawanan, kekacauan dan pergerakan di Syam (Palestina, Yordania, Suria dll) yang dikaitkan dengan teks sastra yang muncul. 

Sastra Arab perlawanan (Adab muqawamah) di Palestina adalah fenomena yang berkembang sejak tahun 1948, ketika Israel menduduki sebagian besar wilayah Palestina. Sastra ini digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan kemarahan, penderitaan, dan harapan rakyat Palestina. 

Sastra perlawanan Palestina mencakup berbagai genre, termasuk puisi, prosa, dan drama. Puisi adalah genre yang paling populer, dan banyak penyair Palestina terkemuka telah menulis puisi-puisi yang mengilhami perlawanan (muqawamah). Beberapa contoh puisi perlawanan Palestina yang terkenal adalah "Mautini" karya Ibrahim Tuqan dan "Palestina" karya Mahmud Darwish. Dan beberapa karya cerpen, novel dan drama dari Ghassan Kafani, seperti; mawt sarir raqm 12 (Ranjang Kematian No. 12) Beirut, 1961. Cerpen. 'ard alburtuqal alhazini (Negeri Jeruk Sedih). Beirut, 1963. Cerpen. rijal fi alshamsi (laki-laki di Bawah Sinar Matahari ). Beirut, 1963.  sebuah novel.  Novel; Umm Saad. Beirut, 1969. A'id ila Haifa (Kembali ke Haif). Beirut, 1970. Novel. Al-syai al-akhar (The Other Thing). Diterbitkan setelah kemartirannya, di Beirut, 1980. Cerpen.

Saya berbincang dengan Prof Khalil di Universitas Yordania, setelah berkunjung ke Yarmuk. Kata beliua, bahwa prosa juga merupakan genre yang penting dalam sastra perlawanan Palestina. Beberapa novel dan cerita pendek Palestina yang terkenal menggambarkan penderitaan dan perjuangan rakyat Palestina. Beberapa contoh prosa perlawanan Palestina yang terkenal adalah novel "Al-Quds" karya Ghassan Kanafani dan cerita pendek "Al-Kawakib al-Thalathat" karya Khalil al-Sakakini.

Sastra selalu menjadi perlawanan yang luar biasa untuk melawan tirani kekuasaan, teks bergerak dengan cepat, menghempas dan bahkan menjungkalkan penguasa dengan deretan bait-bait puisi revolusi, walau tidak ada bom untuk meledakkan kawasan tertentu, tapi ada sastra yang mampu menggerakkan manusia untuk mengacaukan kemapanan atau sebaliknya. 

Sastra bukan hanya deretan kata manis, setiap hurufnya adalah ruh, kalimatnya adalah kilatan petir. Bagaimana  penguasa terjungkal ke jurang karena puisi yang didegupkan setiap harinya, bagaimana kekuatan intifadah palestina dengan sihir puisi sebelum berangkat ke medan perlawanan. Seperti tiga penyair, yang terkenal dengan penyair perlawanan;  Taufiq Ziyad, dengan puisinya "Huna Baqun". Mahmud Darwis, " Sajjil Ana Arabi", dan "Khitab Fi Suqil Bathalah ya Adhuu Syamsi" oleh Sami Qosim. 

Teks sastra tentang; indahnya mati, pahala berperang, martir , nasionalisme, kebebasan, surga dengan syahid, adalah  tema penting dalam membangkitkan ruh perjuangan. Seperti mendapatkan penyut api, ia bergerak pasti, memukaukan setiap pejuang yang haus mati. 

Afan Fathukan, seorang penyair Palestina, menurut para pengamat, puisinya lebih militan dari 20 lebih penjuang yang paling militan, ruh puisinya membangkitkan para pemuda tuk berjuang membela agama dan tanah airnya. 

Di Palestina ada; Said al-Muzayin, Ibrahim Tauqan,  Samih Al-Qosim, Maurid Barghauti, Souad, Harun Hasyim Rashid, Afad Fatukan, said Abi Nahs, Ghassan Kanfani, Ishaq Musa, Ilyas Khauri. Di Suria  ada;  Nizar Qobbani, Dhahi Khulfan, Imaduddin Musa, Maha Bakr, Muhamamd Ulauddin, Tamam Talawi, Shalah Ibrahim Hasan.

Dan di setiap negara, para penyair mengobarkan pemberontakan pada penguasa tiran, revolusi dan kemerdekaan. Maka tidak heran, sastra adalah perlawanan ampuh, mereka tidak lagi mengenal waktu menulis, dikala api membara atau dikala salju mendera. Ia tetap melawan, semakin kuat intimidasi, semakin kuat pula aksi dan kreatifitas diri.

Dan selengkapnya dapat disimak di www.halimizujdy. com dan di Youtube Lil Jamik, ada di IG (halimizuhdy3011).

Sabtu, 02 Desember 2023

Suka Marah, Malu Sendiri!

Halimi Zuhdy

Masuk hotel, teman saya marah-marah; "Hotel ini rusak! Saya tidak bisa ngeces HP! Ini kamar setan!" bentaknya sambil mengoceh sendiri. Kemarahannya semakin memuncak. “katanya hotel berbintang, kok ngeces HP saja tidak bisa”. 

Saya diam, dia masih berbicara sendiri sambil marah-marah, wajahnya memerah. Kabel ces HP dimasukkan lagi ke stop kontak, baterainya hanya tinggal hitungan detik wafat, namun tanda dalam gambar baterainya tidak bergerak. “Bagaimana sih, hotel ini, kok tidak beres”. 
Dia marah dan marah! Saya kenak damprat. Saya hanya diam memperhatikan tingkah teman satu ini, orangnya memang suka marah-marah, kadang saya juga kesel. Tidak ada angin dan badai marah, tidak ada gelombang, marah-marah. “Apakah ia diciptakan dari api, sehingga suka marah-marah!”. Guyon teman saya yang lain. 

Setelah beberapa menit istirahat di kasur yang masih fresh, Ia keluar kamar, untuk menemui resepsionis, saya dengar dari dalam kamar suaranya terdengar nada agak tinggi, “Mbak, Bagaimana sih, saya ngeces hp tidak bisa, listriknya mati, atau colokannya yang rusak, periksa mbak ke kamar!”  

Seorang pegawai hotel dengan senyuman ramah datang untuk memeriksa masalah yang dialami teman saya. Begitu pegawai tersebut memasuki kamar, ia melihat teman saya ini sedang sibuk meraba-raba saku celananya. Dengan tenang, pegawai itu bertanya, "Maaf, Bapak sudah memasukkan kartu kunci hotel ke slot di depan pintu?" 

Wajah teman saya ini langsung berubah dari merah menjadi pucat. Dengan canggung, ia mencari kartu kuncinya! dan memasukkannya ke slot yang tersedia. Seketika itu juga, lampu dan listrik menyala. Teman saya ini terdiam, terkejut dengan kesalahannya yang konyol.

Pegawai hotel itu hanya tersenyum sambil berkata, "Ini sering terjadi, Pak. Tidak apa-apa. Semua orang bisa lupa." Ia merasa malu namun juga lega bahwa masalahnya ternyata hanya karena kelalaian sederhana.

Saya hanya terdiam, dan menyembunyikan senyum dan tawa yang memuncak, “Mas, bertobatlah! Jangan suka marah-marah, tenang dalam hidup, suka marah-marah atau sering marahan itu akan kembali pada dirinya sendiri!, suka marah itu teman-nya setan, la tadhdab wa lakal jannah” dia hanya diam, seperti malu terhadap kejadian yang barusan terjadi! “tidak harus diluapkan segala kekecewaan dengan marah!" 

Beberapa jam berikutnya, saya kenak ujian juga. Masuk kamar, kartu kunci tidak bisa konek (tidak ada tanda-tanda getar di pintu), saya coba beberapa kali, juga tidak bisa. Saya tanya ke cleaning servis yang baru saja membersihkan kamar hotel. “Mas, kartu ini kok tidak bisa ya?!” tanya saya dengan nada agak bagaimana begitu.wkwkw. 

“Bapak tanya ke resepsionis geh”. Katanya.  Saya bergegas ke resepsionis, “Mbak, saya beberapa kali mencoba kartu ini untuk masuk, tapi tidak bisa!”. Resepsionis itu langsung menjawab ketika melihat kartu yang saya pegang, “Mohon maaf Bapak, itu kartu parkir!”. Duarrrrr. Saya agak malu, dan nyelonong pergi. Saya tidak marah-marah, tapi terasa malu, apalagi kalau saya marah-marah. 

***
Hidup itu memang lucu Ya!!!!. Menyalahkan orang lain, tapi kadang tidak pernah mengoreksi dirinya sendiri. 

*****
Maaf ya, tidak harus mencari tahu teman saya yang suka marah-marah, tidak penting! yang penting senyumin saja.wkwkw

Kamis, 30 November 2023

Kekuasaan Itu Cinta, Maka Berimanlah!

Halimi Zuhdy

Beberapa minggu terakhir media sosial mulai ramai dengan caci maki, terutama di grup WA, para pendukung capres tidak hanya membeberkan visi misi dari capresnya, tapi juga mengirimkan gambar atau vedio capres lainnya yang buruk-buruk, bahkan potongan-potongan video yang sudah lapuk, diangkat kembali. Miris, seakan-akan fitnah dan menjelekkan orang lain adalah kebenaran. 

Tidak ada faidahnya, menjelekkan calon pemimpin negeri ini, bukankan mereka berjuang untuk menjadikan baik, toh kalau kalau mereka dianggap buruk, tinggalkan saja! Ketika saya menulis status, "semua calon presiden dan wakilnya itu adalah orang-orang baik dan terbaik di negeri ini, maka kemudian dicalonkan, karena ada kebaikan dalam diri mereka, mereka yang menganggap buruk adalah pesaingnya, dan juga jurkam-jurkamnya yang punya kepentingan untuk calonnya. Jurkam yang baik, mengangkat kebaikkannya tanpa membunuh yang lainnya. 

Saya jadi merenung, tentang kekuasaan yang diperebutkan itu. "Jangan berebut kekuasaan, karena kekuasaan akan sirna. Berebutlah Pemilik kekuasaan, Ia abadi selamanya. Jangan berebut pengaruh, karena pengaruh kan fana. Rebutlah Pemilik pengaruh, Ia kan mempengaruhi selamanya." Tapi, kata-kata ini cocok bagi mereka yang memahami bahwa kekuasaan adalah wasilah, bukan satu-satunya yang harus diperebutkan. 

Karena, ntuk baik, tidak harus menjadi penguasa. Rakyat yang baik, lebih indah dan bahagia. Maka, seharusnya, rakyat atau para calon penguasa (yang juga rakyat), hendaknya menjadikan kekuasaan sebagai cinta, yang dirawat dengan baik dan memperolehnya dengan kebaikan. 

Kekuasaan apapun tidak akan lama, ia hanya sebagai pemanis rasa, maka carilah kekuasaan hati agar mampu menguasai diri dan bertemu Ilahi.
Kekuasaan adalah pemberian Tuhan, maka serahkan kepada PemberiNya. Jangan keluar dari garisNya, maka akan menjadi Fir'aun, Namrud dan Hitler berikutnya.

Selalu manis yang bersentuhan dengan kekuasaan, karena ia dapat menentukan teman dan menumpuk segudang kekayaan, kecuali bagi yang benar-benar karena Tuhan, Ia serahkan dirinya atas nama pengabdian. 

Jangan takut turun jabatan, karena jabatan dan kekuasaan hanyalah titipan, kalau Allah masih mempercayakan, seribu manusia tak mampu menurunkan.

Jangan minta kekuasaan, mintalah yang terbaik pada Tuhan, jika berkuasa lebih baik dan bermanfaat, maka RidhaNya harapan.

Kalau berkuasa akan menghancurkan, mohonlah jadi orang biasa, yang tetap dalam keindahan. Jangan memaksakan kehendak atau melepaskan kehendak, karena Pemilik kehendak yang akan memberikan Kehendak sesungguhnya.

Kalau kamu yakin, berkuasa sebuah amanah dari Allah dan hanya untukNya, maka pasti menang. Setiap kebaikan pastilah dihadang keburukan, sebagaimana Nabi Musa AS dihadang Fir'un, Nabi Ibrahim AS berhadapan dengan Namrud, Nabi Muhammad AS dihalangi Abu Lahan dan Abu Jahal, tapi para penghalang, penghadang, dan paramusuh semuanya hancur, karena kebenaran kan selalu berkibar.

Tapi ingatlah, ketika kekuasaan hanya untuk kemewahan, ketenaran, keserakahan dan tidak untukNya, siap-siaplah tenggelam bersama Fir'un, hancur bersama Namrud, mengenaskan seperti Abu Jahal dan Abu Lahab, selamanya keburukan akan tenggelam.

Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an menyebutkan bahwa tidak ada seorang pun yg memiliki kekuatan mutlak yang membuatnya dapat berbuat sekehendak nafsunya. Kekuasaan itu hanyalah pinjaman dengan syarat-syarat tertentu sesuai dengan ketentuan Pemilik kekuasaan yang mutlak dan harus memenuhi ajaran-ajaran-Nya. Bila si peminjam dalam menggunakan kekuasaan menyalahi syarat yang telah ditetapkan Pemiliknya, maka yang dilakukannya itu adalah batil (muhajirin).

Tidak ada teman abadi dalam kekuasaan, ada kalanya saat ia bermesraan, ada kalanya saling sikut, bahkan menjatuhkan hanya untuk mengambil alih kekuasaan.

Kadang, ketika pernah merasakan manisnya kekuasaan, gula itu akan selalu diperebutkan, dia tidak lagi mengenal kawan dan lawan, demi satu tujuan, kekuasaan.

Disinilah, kekuasaan yang berorientasi syahwat dan nafsu, maka mintalah sama Allah, kekuasaan yang hanya mampu mengkekalkannya di surgaNya, dan memberikan kemanfaatan di dunia, bagi yang membutuhkan payung dari terpaan hujan bala'nya.

Dan ingatlah, kekuasaan itu sebuah pemberian, jangan memaksa tuk berkuasa nanti penuh luka. Dan jangan halangi tuk berkuasa, Allah akan mengutus bala tentara tuk menjadi pembela.

Indahnya Ayat ini👇

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu QS Ali Imron, 26.

Maka, pasrahkanlah kepadaNya.

Senin, 20 November 2023

Asyiknya Belajar Nahwu

Halimi Zuhdy

Buku "Nahwu al-Ma'na Baina al-Nahwi wa al-Balaghah, Uslub al-Taqdim wa al-Ta'khir Anmudzajan" yang dirajut Dr. Khulud al-Shaleh, setebal 730 sangat menarik untuk dilirik, bahkan tidak hanya dilirik tapi dipelototi. Membacanya, menjadi bahagia. Biasanya baca ilmu nahwu itu serius, tapi ini enjoy pool.

Guru, dosen, muallim atau mentor Grammar (Qawaid Nahwiyah), "biasanya" mengajarkannya dengan gersang dan kering. Bukan tidak hebat, tapi saking hebatnya si guru, siswa yang diajar kebingungan dan tidak paham-paham. Mengapa? Karena ia mengajar grammer untuk grammer, bukan untuk memahamkan. Terkadang siswa dapat memahaminya, tapi setiap apa yang disampaikan tidak disertai dengan makna yang terselip di dalamnya. Hal Ini hasil riset kecil-kecilan di beberapa daerah lo, bukan ngarang.he. tapi tidak semua, hanya kebanyakan.wkwwk. 
Buktinya?! Banyak yang menjauh dari bahasa tertentu (di antarnya Bahasa Arab) gara-gara belajar grammar, dengan alasan bulet, sulit, menjenuhkan,   gersang, kering, dan alasan lainnya. Bahkan, siswa/murid menganggap grammer adalah ilmu paling menjenuhkan dan menakutnya. Selain gurunya yang kering dari humor, buku ajarnya dipahami secara gersang. Sudah tidak gambarnya, diajarkan siang hari, gurunya terlalu serius, disuruh menghafal pula waduh strees.wkwkwkw

Buku ini mencari formulasi cantik antara Nahwu (Grammar bahasa Arab) dengan Ilmu Balaghah (Retorika, Ilmu Keindahan Bahasa), serta mengungkap setiap posisi gramatikal atau leksikal dengan makna tertentu, seperti Taqdim (posisi di awal) dan Ta'khir (posisi diakhirkan). Kalau dalam bahasa Indonesia, sepertinya istilah ini tidak ditemukan. Misalnya, "Joko menangis" maka tidak benar bila dibalik menjadi "Menangis Joko" atau dengan bentuk yang berbeda "di dalam Masjid ada Joko" dan "Joko di dalam masjid". Dalam bahasa Arab hal ini biasa,  bahkan urusan taqdim dan ta'khir sangat melimpah.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0uk872hYJhCdLn33whTThwsqU8uPb4cQnEVuGVzyBaFboXHoQNU1RqdNhy75Koyqfl&id=1508880804&mibextid=Nif5oz

Nahwu di sini tidak hanya menjadi sebuah grammer (tata bahasa) tetapi menjadi sebuah wacana yang dikaitkan dengan berbagai ilmu. Dalam kitab ini, dua hal yang sangat terkait, Al-Janib al-bunyawi dan al-Janib al-Dalali, mungkin dapat diistilahkan dengan semantik grammar 

Selengkapnya silakan baca buku ini.he. Ingin  saya ulas lebih panjang, nantinya takut melelahkan, kalau kelelahan gambang stresss menyerang.he. Guyon. Oh, ia. Pernah saya menulis buku Nahwu Taysir an-nahwi ada peta konsepnya juga...silahkan diborising. Wkwkw. 

Ayo Belajar Nahwu Bahagia!!!!

_Kajian-kajian Al-Qur'an, Mukjizat Al-Quran, Balaghah, Sastra Arab, Turast Islamiyah, Keagamaan,  Kajian Bahasa dan asal Muasal Bahasa, dan lainnya._

🌎 www.halimizuhdy.com
🎞️ YouTube *Lil Jamik*
📲  Facebook *Halimi Zuhdy*
📷 IG *Halimizuhdy3011*
🐦 Twitter *Halimi Zuhdy*



-💳 *Pondok Darun Nun Membangun*

Pesantren Darun Nun lagi membangun tempat tinggal dan Aula Mengaji santri. Bagi yang ingin berpartisipasi dalam investasi dunia akhirat atau infaq dapat disalurkan di *BSI* 
a.n *YAYASAN DARUN NUN KOTA MALANG (7243351698)* 

dan atau 
Bank *BTN a.n Pondok Pesantren Darun Nun *(00114 -01-50-004106-2)* 💰 _Bersedekah dan berinfak tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah ada habis-habisnya..._..._

Sabtu, 18 November 2023

Cara Menulis Qoshidah (Puisi) Bahasa Arab

Halimi Zuhdy

Menulis sama dengan kemahiran lainnya (mendengar, berbicara dan membaca) yang membutuhkan latihan yang terus menerus. Tidak cukup belajar teori, apalagi hanya ikut workshop, seminar atau pelatihan satu tahun sekali. Bagi penulis qashidah (syi'ir, puisi) Arab, butuh pemahaman dalam tata bahasa Arab, ini merupakan hal yang penting untuk dikuasai oleh penulis. Dengan menguasai tata bahasa Arab, penulis akan dapat menyusun qosidah secara baik dan benar. 
Tata bahasa Arab tidak cukup, maka ditambah dengan kemampuan ilmu Arudh dan Qawafi, dan agar tambah keren, ditambah lagi dengan ilmu balaghah. Memahami Ilmu Arudh dan Qawafi sebuah kewajiban bagi penulis qoshidah Arudhiyah, puisi yang terikat. Dan bagi penulis puisi hurr (bebas, tidak terjkat) juga penting, untuk memahami tafi'latnya. 
Selanjutnya, berlatih secara terus menerus. Latihan menulis kalimat berbahasa Arab, latihan ini akan membantu penulis untuk meningkatkan kemampuannya dalam menulis qoshidah. Penulis dapat berlatih dengan menulis puisi, prosa, atau bahkan sekadar menulis kalimat-kalimat bahasa Arab. Atau sering-sering menulis quotes (iqtibasat) berbahasa Arab, dan juga sering membacanya. 

Selain sering-sering membaca dan menulis quotes, juga sering membaca qosidah-qosidah Arab, maka akan membantu penulis untuk memahami struktur dan gaya penulisan qosidah. Penulis dapat membaca qhosidah-qosidah Arab klasik, modern, atau bahkan qosidah-qosidah yang ditulis oleh penulis sendiri. Maka, ATM itu sangat membantu; amati (A), tiru (T) dan modifikasi (M). Ini kok hurufnya di dalam kurung?, agar tidak lari.wkwkwk

Toyyib, intinya; gunakan bahasa Arab yang baik dan benar. Buatlah qoshidah yang memiliki tema yang jelas dan menarik. Gunakan kata-kata yang indah dan bermakna. Susunlah qoshidah secara sistematis dan logis. Periksa kembali qoshidah untuk memastikan bahwa qoshidah tersebut sudah benar dari segi tata bahasa, kaidah penulisan, dan maknanya.
Teruslah berlatih!!!!. Selengkapnya dapat dibaca di buku ini (cara dan praktiknya).

Kamis, 16 November 2023

Kepalsuan, yang Balut Keindahan

Halimi Zuhdy

Ketika saya duduk di ruang tamu kantor, saya perhatikan bunga kuning yang begitu elok, terus saya pandangi, lama-lama mata saya jenuh tak menemukan keindahan kecuali warna yang melekat di bahan plastik itu. Saya dekati, tak ada aroma apa pun, tak menemukan kesegaran apa pun. Saya baru tersadar, bahwa bungan itu hanyalah palsu. 🥰

Bunga-bunga asli memiliki keelokan yang tak tergantikan oleh bunga buatan. Begitu juga dengan manusia yang memiliki keaslian dalam sifatnya; keunikan tersebut membuat mereka begitu indah. Keaslian dalam perilaku dan karakter manusia cenderung memancarkan pesona yang tak tergantikan, jauh melampaui kesan yang dibuat-buat atau palsu. Meski diubah atau disempurnakan, keaslian tetaplah yang menonjolkan keindahan sejati.

Saya kemudian merenung, bagaimana dengan manusia palsu. Walau asli, tapi sifatnya adalah kepalsuan belaka. Apalagi manusia yang benar-benar palsu, tubuhnya tak punya ruh, dan sifatnya yang tak bersifat. 

Keaslian adalah inti dari keindahan sejati. Seperti bunga asli yang memiliki pesona yang tak tergantikan oleh bunga buatan, manusia dengan sifat yang otentik dan asli jauh lebih menarik daripada yang mencoba untuk 'dibuat-buat'. Sifat yang alami, jujur, dan autentik pada manusia mencerminkan keindahan yang tak terpengaruh oleh upaya untuk berpura-pura atau menyesuaikan diri dengan harapan orang lain. Keaslian adalah apa yang membentuk ikatan yang tulus dan mendalam dengan orang lain, menciptakan pesona yang abadi dan tak terlupakan.

****
Kepalsuan itu mungkin sama dengan kemunafikan ya😁

Selamat atas Kelahiran Buku Terbaru Santri PP. Darun Nun


Walau tidak selalu ada kesempatan untuk mendampingi santri merajut kata-kata menjadi kalimat dan kemudian hadir dalam karya (buku). Tapi, bahagianya tidak terkira, sangat senang sekali. Buku baru itu, mirip dengan kelahiran bayi yang baru lahir ke dunia. 

Buku yang baru terbit dan kelahiran bayi memiliki beberapa persamaan, kedua peristiwa ini merupakan awal dari kehidupan baru. Buku yang terbit lahir dari ide dan gagasan yang kemudian diwujudkan dalam bentuk tulisan. Bayi baru lahir dari rahim ibu dan memulai kehidupannya di dunia. 
Kedua peristiwa ini membutuhkan proses yang panjang dan penuh perjuangan. Penulis buku harus melewati proses brainstorming, riset, penulisan, dan penyuntingan. Ibu hamil juga harus melewati proses kehamilan selama sembilan bulan, serta persalinan yang terkadang bisa berlangsung lama dan menyakitkan. Entah, sebelum hamil, tentunya perjuangan begitu asyik.wkwkwk. 

Dan pastinya, kedua peristiwa ini disambut dengan sukacita oleh orang-orang terdekat. Keluarga dan teman-teman penulis buku akan menyambut kelahiran karyanya dengan penuh rasa syukur dan bangga. Keluarga dan kerabat ibu hamil juga akan menyambut kelahiran bayinya dengan penuh kebahagiaan. Santri, para asatidz, pengasuh dan tentunya para penulis bersuka ria atas lahirnya buku barunya. 
Kelahiran buku baru karya santri PP. Darun Nun memiliki keindahan tersendiri. Buku-buku ini lahir dari tangan-tangan santri yang masih muda dan penuh semangat belajar. Ide-ide yang tertuang dalam buku-buku tersebut merupakan hasil dari proses pembelajaran yang panjang dan mendalam. Terima kasih banyak kepada yang mendampinginya, terutama ustadz Aziz dan Ustadz Ilyas, ini buku yang kesekian. 

Kelahiran buku baru karya santri PP. Darun Nun juga menjadi simbol harapan baru, khususnya bagi pesantren Darun Nun. Buku-buku tersebut menunjukkan bahwa santri memiliki potensi yang besar untuk berkarya dan memberikan kontribusi bagi masyarakat.

Santri-santri yang menulis buku tersebut telah melewati proses kreatif yang panjang. Mereka harus menggali ide, melakukan riset, dan menulis dengan penuh kesungguhan. Buku-buku tersebut tidak hanya berisi pengetahuan, tetapi juga pesan moral yang bermanfaat bagi masyarakat. 

***
"Karyanya biasa-biasa saja kok" kata orang yang iri, "ah, kamu bisa tah menulis!?" Sambut mas Kacong di balik jendela. 🤩

Selamat Ya Darunnun Nun

Kamis, 09 November 2023

Zionis; dari Nama Bukit ke Sebuah Gerakan Ekstrem

Halimi Zuhdy

Kata ini membuat darah mendidih, entah kenapa. Setiap mendengar Zionis, ada amarah yang memuncak. Saya coba mencari tahu dari berbagai mu'jam (kamus) berbahasa Arab, apa sih makna Zionis?!. 
Dalam bahasa Arab, kata Zionis adalah Shihyauniyah. Ia berasal dari kata "Shion", yang  berasal dari bahasa Suryani ܨܶܗܝܽܘܢ صِهيَون sebuah nama yang merujuk pada suatu tempat di Yerussalem. Ada juga yang menyebutkan dari bahasa Ibrani. Shion atau Zion, adalah nama bukit yang berada di Yerusalem. 

Shion (Arab/Ibrani) atau Zion (laten), adalah nama dari bukit, ada juga yang menyebutnya gunung yang berada di Yarussalem. Mengapa nama bukit ini yang digunakan?. Banyak sekali pendapat dalam hal ini, ada yang berpendapat karena zion (bukit) itu tempat suci

Zionisme merupakan gerakan politik ekstrem yang bermaksud mendirikan negara Yahudi di Palestina, dan ini sudah terjadi. Dan Zionis ingin menguasai dunia secara keseluruhan. Salah satu tujuan utama gerakan ini adalah membangun Bait Suci Salomo di Yerusalem untuk mendirikan kerajaan Yahudi di sana, serta mendorong imigrasi Yahudi ke Palestina dan pembelian tanah untuk mendirikan pemukiman-pemukiman Yahudi, ini sudah terjadi. Bisa dilihat di peta, betapa gerakan esktrem ini terus menggerus Palestina. Apalagi hari ini, ada pembunuhan massal di Gaza. 

Sejarah gagasan ini sangat kuno dan muncul terutama di Babel, di mana ia diwujudkan dalam janji tuhan yang mereka yakini, dan untuk mempertahankan identitas Yahudi sebagai etnis yang terpisah. Gerakan ini diorganisir sebagai entitas semi-militer yang sulit diintegrasikan dengan budaya lain. Betapa, negara yang baru lahir sudah memiliki persenjataan lengkap, dan kemungkinan mereka juga mempunyai nuklir. Tapi, masih malu-malu mengakui. 

Dalam Al-Aukan, bahwa Alkitab dan Talmud adalah dua sumber utama yang membentuk gerakan ini sepanjang sejarah. Gerakan ini bergantung pada konsep-konsep agama dan ras yang tertutup serta berbagai periode sejarah untuk membentuk visinya. Gerakan ini tidak pernah enggan untuk mengungkapkan kebenciannya dan konspirasinya terhadap umat manusia secara terang-terangan. Dari ini, kita dapat memahami bahwa Zionisme adalah gerakan dengan akar yang dalam dan pengaruh sejarah yang rumit, dengan dampak besar pada sejarah dan situasi di Timur Tengah.

Istilah "Zionis" digunakan untuk merujuk kepada para pendukung gerakan ini, yang bertujuan untuk membangun dan mempertahankan negara Yahudi di tanah Israel. Nama "Zionis" digunakan untuk menggambarkan keyakinan dan tujuan gerakan politik-kebangsaan ini, yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan dan pemulihan nasional Yahudi.

Sampai kapan gerakan ini selesai? Sampai tidak terbatas. Dan sudah sangat jelas, bahwa mereka datang untuk sebuah penjajahan, membangun negara!. Kalau membangun negara, pastilah mereka merebut sebuah negara yang pernah hadir di muka bumi, yaitu Palestina. Dan hal ini sangat rumit sekali, rumit dengan berbagai pandang para pengamat. 

Cukup dulu, capek ngomong Zionis. Kalau sudah ngeyel, dan merasa tanah sendiri, maka mereka tidak akan pernah menyerah, walau sebenarnya mereka merampas dan menjajah.

Selasa, 07 November 2023

Menilik Makna Misykat

Halimi Zuhdy

Entah, tiba-tiba teringat kata Misykat dalam Al-Qur’an. Kemudian timbul pertanyaan, perbedaan misykat dan mishbah, dan apa arti kata Misykat?. 

Misykat dalam Alankaa berasal dari bahasa Habasyiah (Etiopia) yaitu maskōt: መሰኮት, artinya: jendel (nafidzah) dan lubang (kuwah). Ibnu Zaid bin Ali dan Az-Zarkasyih berpendapat bahwa Misykat (المشكاة) adalah lubang kecil di dinding yang tidak memiliki saluran keluar, dan juga ada yang berpendapat bahwa kata zujajah (زجاجة) dapat digunakan untuk merujuk pada Misykat. 

Sedangkan Al-Jawaliqi yang mengutip Ibnu Qutaibah, bahwa Misykat adalah istilah untuk lubang  dalam bahasa Habasyah (Etiopia), sedangkan Imam As-Suyuti, Ibnu Abi Hatim dari Mujahid yang mengatakan bahwa Misykat adalah kata yang digunakan untuk merujuk pada 'lubang' sedangkan dalam kamus bahasa Parsi, Misykat diartikan sebagai 'tempat di mana lampu diletakkan'.

Dalam Islam, Misykat memiliki beberapa hal penting dan simbolisme agama. Salah satu peran utamanya adalah sebagai sumber cahaya. Misykat digunakan di masjid dan bangunan keagamaan lainnya untuk memberikan cahaya pada tempat tersebut. Fungsi ini memberikan pemahaman tentang kepraktisan Misykat dalam pengaturan pencahayaan di tempat-tempat ibadah. 

Selain itu, sebagaimana sumber cahaya, juga memiliki peran dalam seni dan estetika. Dalam konteks ini, Misykat digunakan untuk tujuan dekoratif dan menambahkan elemen keindahan pada suatu tempat. Penggunaannya sebagai elemen dekoratif dapat memberikan sentuhan estetika yang memperkaya tampilan suatu ruangan.

Lebih dari sekadar penggunaan praktis dan dekoratif, Misykat juga memiliki makna mendalam dalam konteks agama Islam. Dalam agama Islam, Misykat melambangkan cahaya, yang mencerminkan petunjuk, hikmah, dan ilmu. Al-Quran menggambarkan Allah sebagai "نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ" (Cahaya langit dan bumi) dalam Surah An-Nur (Ayat 35). Dalam ayat ini, Allah membandingkan cahaya-Nya dengan Misykat yang berisi lampu yang diberi minyak dari pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur atau barat.

Penggambaran ini menggambarkan bahwa cahaya Allah adalah sumber dari segala cahaya di alam semesta ini, dan hanya Dia yang memberikan petunjuk kepada manusia. Oleh karena itu, Misykat menjadi simbol penting dalam Islam, mengingatkan umat Islam akan peran cahaya sebagai metafora untuk petunjuk dan hikmah yang datang dari Allah.

Jumat, 03 November 2023

Asal Kata Umat

Halimi Zuhdy

Anak-anak dan perempuan yang dibunuh baik dalam suatu peperangan atau lannya, akan dapat memutus generasi suatu bangsa. Seorang ibu yang dibantai, dibunuh dan dihanguskan di muka bumi, seperti menghancurkan suatu umat. Mengapa? Kalau kita tilik dari asal katanya, kata "umat" dari um (ibu). 

Kata "umat" dalam bahasa Arab disebut sebagai "أمة" (umma). Kata ini memiliki asal dan akar katanya yang terkait dengan konsep komunitas atau kelompok orang yang memiliki kesamaan dalam agama, budaya, atau tujuan tertentu. Akar kata "أمة" (umma) adalah "أم" (umm), yang berarti "ibu" dalam bahasa Arab.

Konsep umat dalam konteks agama, khususnya dalam Islam, merujuk pada kelompok umat Muslim yang memiliki kesamaan keyakinan dan mengikuti ajaran Islam. Kata ini muncul dalam Al-Quran untuk merujuk pada komunitas Muslim yang satu. Konsep ini penting dalam konteks agama karena menggambarkan persatuan dan solidaritas di antara umat Islam.

Kata "umat" juga digunakan dalam konteks sosial dan politik, mengacu pada kelompok masyarakat yang memiliki kesamaan tujuan atau pandangan tertentu. Kata "أمة" (umma) mencerminkan ide kesatuan, persatuan, dan identitas bersama dalam kelompok yang lebih besar.

Kata "الأمة" (umma) adalah salah satu istilah yang muncul bersamaan dengan kelahiran Islam, mirip dengan istilah-istilah seperti "الكفر" (kufur) dan "النفاق" (nifaq). Secara linguistik, "الأمة" (umma) berarti kelompok orang yang berkumpul dalam satu arah atau tujuan tertentu. Namun, dalam konteks istilah dan hukum Islam, Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad menyiratkan berbagai makna yang penting.

Makna istilah "الأمة" (umma) dalam Islam mengacu pada kelompok orang yang memiliki pesan atau ajaran yang sama. Ada dua elemen utama yang membentuk umat, yaitu manusia dan pesan. Pesan ini disebut sebagai "الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر والإيمان بالله" (amar ma'ruf nahi munkar dan iman kepada Allah). Manusianya bisa berupa individu tunggal, seperti contoh Nabi Ibrahim, atau sekelompok orang, seperti dalam hadis tentang Zaid bin Amr bin Nufail. Selain itu, umat juga dapat dijelaskan sebagai kelompok yang mengetahui dan mempraktikkan kebaikan, tunduk kepada Allah, dan mengikuti ajaran agama dengan patuh.

Dengan demikian, istilah "الأمة" (umma) dalam konteks Islam merujuk pada kelompok orang yang memiliki keyakinan dan tujuan bersama, serta mengikuti ajaran agama Islam. Ini adalah konsep penting dalam pemahaman agama Islam dan persatuan umat Muslim.

Marja' dalam tulisan di atas diambil dari beberapa sumber; mu'jam musthalahat, mafhum al-ummat wa khashaisuha li syekh ridha

***
Kata "umat" dalam Al-Qur'an sangat variatif dan sangat banyak sekali pendapat. Dan Insyallah, akan diulas pada kesempatan yang lain.

Senin, 30 Oktober 2023

Gerbong Berbeda, Tujuan Sama, Tak Usah Gengsi

Gerbong Berbeda, Tujuannya Sama, Tak Perlu Gengsi!

Halimi Zuhdy

Seringkali ketika saya naik kereta api kelas ekonomi atau kendaraan lainnya yang dianggap biasa-biasa saja, selalu ada saja yang komentar. "Kok naik kelas ekonomi, capek lo", "Tidak bisa tidur, tempatnya duduknya berdiri lo", "Sudah dibayarin, kok naik kelas ekonomi!". "Kok gak gengsi sih, naik kelas ekonomi, eman ya uangnya?!". "Pejabat kok naik ekonomi" Dan masih banyak sekali narasi-narasi yang muncul dari kawan-kawan atau kolega, ketika menaiki kendaraan dengan kelas tertentu. 

Agak risih sih, ketika ditanya persoalan kelas. Apa bedanya kelas ekonomi, bisnis, eksekutif dan luxury?. Bukankah goyangannya sama?, keretanya sama? Sampainya sama? Hanya yang membedakan fasilitasnya, itu pun sama-sama ada tempat duduknya. Bedanya pasti ada, mungkin ada hiburan, internet, meja, dan fasilitas lainnya. Tetapi, tetap saja kan sampainya sama.
Terkadang, bagi beberapa orang, bukan pada letak fasilitasnya, tetapi pada gengsinya. Terkadang lo!. Kalau naik kelas ekonomi, takut dikira kelas kere, tidak mewah, irit, dan berbagai persangkaan lainnya. Atau sebaliknya, bila naik kelas mewah, agar dikira berkelas, menghilangkan gengsi dan tidak ketika bertemu dengan temannya agar tidak malu bila ditanya.

Kalau hanya "Gengsi", rugi banget. Tidak hanya naik kereta api, apa pun. Karena orang yang suka gengsi akan tersiksa. Pakai baju tersiksa, pakai tas tersiksa, pakai kendaraan tersiksa, dan selalu tersiksa. Enak hidup apa adanya, tidak butuh gengsi-gengsian. Bukankah, hidup apa adanya dan sesukanya, tanpa tergantung pada orang "gengsi" adalah sesuatu yang paling indah. 

Banyak orang yang tersiksa, karena harus "dibuat-dibuat, dan membuat-buat". Satu sisi dan suatu saat, mungkin butuh dan harus, tetapi tidak selalu. "Gak punya uang kok makan daging sapi, cukup makan tempe, tidak usah dipaksa makan daging sapi, bukannya yang penting kenyang".  

Ketika kita memasuki kabin kereta api, kelas apapun yang kita pilih seharusnya tidak menjadi batasan untuk menikmati keajaiban perjalanan. Apakah itu kelas ekonomi, bisnis, eksekutif, atau luxury, kita semua memiliki tiket untuk mengalami keindahan perjalanan di dalam kereta. Kursi yang kita tempati, seakan menjadi tempat penitipan harapan, mimpi, dan cerita hidup yang beragam. Ah, masih mikir tiket!!

Kelas apa pun yang kita pilih, tinggal kita menikmatinya, maka kita akan menemukan bunyi roda kereta yang berdenting di rel, dan matahari yang memancarkan cahayanya melalui jendela. Tidak perlu gengsi atau malu karena, pada akhirnya, tujuan kita semua adalah sampai ke destinasi yang sama. Ekonomi yes! Tidak perlu gengsi. Apa pun, yang penting halal. 

Setiap perjalanan kereta api adalah petualangan, dan pesona sejati terletak dalam perjalanan itu sendiri, bukan hanya dalam tipe kursi yang kita pilih. Sehingga, biarkan kereta api membawa kita bersama-sama dalam pengalaman yang tak ternilai harganya, sambil merayakan keanekaragaman yang membuat setiap perjalanan begitu istimewa.

Oye, selamat menikmati hidup, tidak usah menikmati kelas. Wong, sampainya sama. Hanya beda gerbong saja. 🤩

Rabu, 18 Oktober 2023

Mengapa Gaza di Palestina disebut Gaza?

Halimi Zuhdy

Gaza bukan bukan sebuah kota yang baru dibangun. Ia adalah kota tua dengan nama yang juga sudah sangat dikenal sejak dulu. Gaza ditinggali mulai 15 SM. Gaza sebagaimana  Palestina juga memiliki sejarah nama, kalau kata Palestina dalam Al-Maudhu berasal dari kata “Philistia” (dalam bahasa Inggris: Philistia), yaitu kata yang diberikan oleh para penulis Yunani kepada bangsa Palestina yang menguasai tanah ini pada abad ke-12 SM, yang terletak di pantai selatan antara Jaffa dan Gaza. Pada abad kelima SM ketika sejarawan Herodotus menggunakan kata "Palaistina" untuk merujuk pada jalur pantai yang dihuni oleh orang Filistin

Bagaimana dengan Kata Gaza?

Gaza atau Gazza dinamakan Gaza berdasarkan beberapa teori dan interpretasi. Salah satu teori menyebutkan bahwa Gaza  berasal kata gazzah  (منعة والقوة) yang berarti "kekuatan dan keberanian," mengisyaratkan bahwa penduduk Gaza kuat dan berani. Ada juga yang mengatakan bahwa kata Gaza  memiliki arti "الثروة" yang berarti "kekayaan." Beberapa sejarawan mengartikan Gaza sebagai "المميزة" atau "المختصة" untuk menunjukkan kedudukannya yang istimewa di antara tempat-tempat lain.

Nama Gaza telah berubah seiring berjalannya waktu dan berbagai peradaban yang pernah mendiami atau berinteraksi dengan wilayah tersebut. Misalnya, orang Ibrani menyebutnya "عزة" (Azza), orang Kanaan menyebutnya "هزاتي" (Hazati), dan orang Mesir menyebutnya "غزاتو" (Gazato). Selama masa kekuasaan Asyur dan Yunani, mereka menyebutnya "عزاتي" (Azati). Selama masa Perang Salib, namanya berubah menjadi "غادرز" (Gadara). Namun, nama Arab "غزة" (Gaza) tetap digunakan oleh orang Turki. (dalam Al-Wathan)
Selain itu, Gaza juga dikenal sebagai tempat yang makmur, terutama dalam perdagangan wewangian, karavan, dan rempah-rempah. Karena perdagangan ini, Gaza dikenal sebagai "سيدة البخور" atau "Nyonya Wewangian." Selain itu, wilayah ini dinamakan Gaza Hashem (Gaza al-Hashem) untuk menghormati Hasyim bin Abd Manaf, kakek Nabi Muhammad SAW. Hasyim adalah tokoh penting dalam sejarah Mekah dan merupakan nenek moyang Nabi Muhammad.

Dan perlu diingat bahwa nama Gaza telah berubah sepanjang sejarahnya dan mungkin tidak ada penjelasan tunggal yang sepenuhnya memahami asal-usul nama ini.

****
Sejarah panjang, tentang Gaza terlalu panjang diurai, sedikit yang penulis ambil dari Al-Wathan dalam Nubdzah-nya. Gaza, sebuah kota yang bersejarah, telah memainkan peran penting dalam berbagai periode sejarah, termasuk selama pemerintahan Kesultanan Ustmaniyah (Ottoman). Gaza adalah wilayah administratif yang dikenal sebagai "sancak" atau "liwa" di wilayah Syam, dan pada waktu tertentu, ia tergabung dalam wilayah pemerintahan Sidon dan kemudian Yerusalem.

Pada akhir abad ke-18, setelah kampanye Prancis yang sukses di Mesir pada tahun 1798, perhatian Napoleon Bonaparte beralih ke Palestina. Pada tahun 1799, Napoleon melakukan ekspedisi menuju Gaza, yang pada saat itu merupakan pusat penting dalam aspek militer dan ekonomi. Napoleon menggambarkan Gaza sebagai "pos perbatasan utama ke Afrika dan pintu ke Asia." Pada tanggal 24 Februari 1799, pasukan Prancis berhasil merebut Gaza, namun karena berbagai kesulitan, resistensi, dan wabah penyakit, Napoleon terpaksa mundur dari seluruh kota di wilayah Syam.

Pada tahun 1831, Muhammad Ali Pasha, penguasa Mesir, mengirim ekspedisi militer ke Palestina yang dipimpin oleh putranya, Ibrahim Pasha. Gaza jatuh tanpa perlawanan yang berarti, tetapi akibat masalah internal, pasukan Mesir terpaksa mundur pada tanggal 19 Februari 1841.

Ketika Perang Dunia I pecah, Gaza, seperti sebagian besar Palestina, menjadi medan pertempuran. Pasukan Inggris mencoba untuk merebut kota ini, tetapi mereka gagal dalam dua pertempuran awal pada tahun 1917. Akhirnya, dalam pertempuran ketiga yang berlangsung selama enam hari, pasukan Inggris di bawah pimpinan Lord Allenby berhasil merebut Gaza pada tanggal 7 Oktober 1917. Pada saat itu, Gaza telah menjadi tujuan penting dalam sejarah militer.

Setelah Perang Dunia I, Gaza tetap di bawah kendali Kesultanan Ottoman hingga berakhirnya perang. Namun, peranannya sebagai pusat ketegangan dan perubahan kepemilikan terus berlanjut. Kemudian, di tahun 1948, ketika Palestina mengalami tragedi Nakba, Gaza jatuh di bawah pemerintahan Mesir. Status ini berlangsung hingga tahun 1967, ketika Israel merebut Gaza dan sebagian besar wilayah Palestina selama Perang Enam Hari.

Sejak itu, Gaza telah menjadi saksi perubahan politik dan perjalanan sejarah yang sulit. Pada tahun 1993, berdasarkan Kesepakatan Oslo, Palestina mendirikan Otoritas Palestina, yang memulihkan beberapa bentuk kedaulatan di wilayah tersebut.

Sejarah Gaza adalah kisah perubahan yang terus berlanjut, perjuangan, dan perebutan kekuasaan selama berabad-abad, mencerminkan kompleksitas sejarah Timur Tengah yang begitu kaya dan beragam.

Duh! Kini, Gaza mengalirkan darah hitam dan coklat! Mari kita doakan

Malang-Jakarta, 18 Okt 2023

Mengapa Gaza di Palestina disebut Gaza?

Mengapa Gaza di Palestina disebut Gaza?

Halimi Zuhdy

Gaza bukan bukan sebuah kota yang baru dibangun. Ia adalah kota tua dengan nama yang juga sudah sangat dikenal sejak dulu. Gaza ditinggali mulai 15 SM. Gaza sebagaimana  Palestina juga memiliki sejarah nama, kalau kata Palestina dalam Al-Maudhu berasal dari kata “Philistia” (dalam bahasa Inggris: Philistia), yaitu kata yang diberikan oleh para penulis Yunani kepada bangsa Palestina yang menguasai tanah ini pada abad ke-12 SM, yang terletak di pantai selatan antara Jaffa dan Gaza. Pada abad kelima SM ketika sejarawan Herodotus menggunakan kata "Palaistina" untuk merujuk pada jalur pantai yang dihuni oleh orang Filistin

Bagaimana dengan Kata Gaza?

Gaza atau Gazza dinamakan Gaza berdasarkan beberapa teori dan interpretasi. Salah satu teori menyebutkan bahwa Gaza  berasal kata gazzah  (منعة والقوة) yang berarti "kekuatan dan keberanian," mengisyaratkan bahwa penduduk Gaza kuat dan berani. Ada juga yang mengatakan bahwa kata Gaza  memiliki arti "الثروة" yang berarti "kekayaan." Beberapa sejarawan mengartikan Gaza sebagai "المميزة" atau "المختصة" untuk menunjukkan kedudukannya yang istimewa di antara tempat-tempat lain.

Nama Gaza telah berubah seiring berjalannya waktu dan berbagai peradaban yang pernah mendiami atau berinteraksi dengan wilayah tersebut. Misalnya, orang Ibrani menyebutnya "عزة" (Azza), orang Kanaan menyebutnya "هزاتي" (Hazati), dan orang Mesir menyebutnya "غزاتو" (Gazato). Selama masa kekuasaan Asyur dan Yunani, mereka menyebutnya "عزاتي" (Azati). Selama masa Perang Salib, namanya berubah menjadi "غادرز" (Gadara). Namun, nama Arab "غزة" (Gaza) tetap digunakan oleh orang Turki. (dalam Al-Wathan)
Selain itu, Gaza juga dikenal sebagai tempat yang makmur, terutama dalam perdagangan wewangian, karavan, dan rempah-rempah. Karena perdagangan ini, Gaza dikenal sebagai "سيدة البخور" atau "Nyonya Wewangian." Selain itu, wilayah ini dinamakan Gaza Hashem (Gaza al-Hashem) untuk menghormati Hasyim bin Abd Manaf, kakek Nabi Muhammad SAW. Hasyim adalah tokoh penting dalam sejarah Mekah dan merupakan nenek moyang Nabi Muhammad.

Dan perlu diingat bahwa nama Gaza telah berubah sepanjang sejarahnya dan mungkin tidak ada penjelasan tunggal yang sepenuhnya memahami asal-usul nama ini.

****
Sejarah panjang, tentang Gaza terlalu panjang diurai, sedikit yang penulis ambil dari Al-Wathan dalam Nubdzah-nya. Gaza, sebuah kota yang bersejarah, telah memainkan peran penting dalam berbagai periode sejarah, termasuk selama pemerintahan Kesultanan Ustmaniyah (Ottoman). Gaza adalah wilayah administratif yang dikenal sebagai "sancak" atau "liwa" di wilayah Syam, dan pada waktu tertentu, ia tergabung dalam wilayah pemerintahan Sidon dan kemudian Yerusalem.

Pada akhir abad ke-18, setelah kampanye Prancis yang sukses di Mesir pada tahun 1798, perhatian Napoleon Bonaparte beralih ke Palestina. Pada tahun 1799, Napoleon melakukan ekspedisi menuju Gaza, yang pada saat itu merupakan pusat penting dalam aspek militer dan ekonomi. Napoleon menggambarkan Gaza sebagai "pos perbatasan utama ke Afrika dan pintu ke Asia." Pada tanggal 24 Februari 1799, pasukan Prancis berhasil merebut Gaza, namun karena berbagai kesulitan, resistensi, dan wabah penyakit, Napoleon terpaksa mundur dari seluruh kota di wilayah Syam.

Pada tahun 1831, Muhammad Ali Pasha, penguasa Mesir, mengirim ekspedisi militer ke Palestina yang dipimpin oleh putranya, Ibrahim Pasha. Gaza jatuh tanpa perlawanan yang berarti, tetapi akibat masalah internal, pasukan Mesir terpaksa mundur pada tanggal 19 Februari 1841.

Ketika Perang Dunia I pecah, Gaza, seperti sebagian besar Palestina, menjadi medan pertempuran. Pasukan Inggris mencoba untuk merebut kota ini, tetapi mereka gagal dalam dua pertempuran awal pada tahun 1917. Akhirnya, dalam pertempuran ketiga yang berlangsung selama enam hari, pasukan Inggris di bawah pimpinan Lord Allenby berhasil merebut Gaza pada tanggal 7 Oktober 1917. Pada saat itu, Gaza telah menjadi tujuan penting dalam sejarah militer.

Setelah Perang Dunia I, Gaza tetap di bawah kendali Kesultanan Ottoman hingga berakhirnya perang. Namun, peranannya sebagai pusat ketegangan dan perubahan kepemilikan terus berlanjut. Kemudian, di tahun 1948, ketika Palestina mengalami tragedi Nakba, Gaza jatuh di bawah pemerintahan Mesir. Status ini berlangsung hingga tahun 1967, ketika Israel merebut Gaza dan sebagian besar wilayah Palestina selama Perang Enam Hari.

Sejak itu, Gaza telah menjadi saksi perubahan politik dan perjalanan sejarah yang sulit. Pada tahun 1993, berdasarkan Kesepakatan Oslo, Palestina mendirikan Otoritas Palestina, yang memulihkan beberapa bentuk kedaulatan di wilayah tersebut.

Sejarah Gaza adalah kisah perubahan yang terus berlanjut, perjuangan, dan perebutan kekuasaan selama berabad-abad, mencerminkan kompleksitas sejarah Timur Tengah yang begitu kaya dan beragam.

Duh! Kini, Gaza mengalirkan darah hitam dan coklat! Mari kita doakan

Malang-Jakarta, 18 Okt 2023